MIE AYAM MANGKUK PANGSIT KHAS PAK JOKO
Makan 'Mangkuk Pangsit' di Warung Mie Ayam Pak Joko Tlogosari Semarang
Assalamu’alaikum, Temans.. apa kabar?
Sudah lama sekali ya nggak nulis review kulineran gitu.. hihi memang sudah lama nggak pergi ke tempat baru dan makan di tenpat baru juga sih.
Akhir-akhir ini ngider-nya seputar Tlogosari aja, nggak kemana-mana yang edikit jauh. Kalaupun pulang ke Wonosobo juga mampirnya ke tempat biasa. Di Wonosobo pengen jalan-jalan menjelajah wisata baru dan kulineran malah hujan sepanjang hari. Asyiknya mah ngemil di rumah sama bergelung selimut aja karena dinginnya juara sekali.
Ngomong-ngomong soal makanan, beberapa hari yang lalu akhirnya kesampaian juga mencoba makan bakmi di tempat ngehits dekat rumah. Tepatnya di Jalan Satrio Wibowo 1, seberang masjid Al-Husna Tlogosari. Warung apakah itu? Apa lagi kalau bukan Mie Ayam Pak Joko yang populer dengan mie ayam goreng pangsit-nya.
Tahunya ada mie-ayam ngehits ini sudah cukup lama sebenarnya, tapi kalau pas lewat kadang masih tutup atau malah sudah tutup dan kursi-kursi sudah dinaikkan ke atas meja. Hm.. gagal maning-gagal maning.
Merasa gimana gitu juga waktu ada sahabat adik ipar main ke rumah dan cerita kalau dia suka makan di Mie Ayam Pak Joko, lalu ngompor-ngomporin buat nyobain mie dan pangsit renyahnya. Asli saya kena kompornya!
warung Mie ayam Pak Joko dilihat dari depan dok. arinamabruroh.com |
Ke sana pun tanpa perencanaan lho, Jumat sore biasanya saya ada agenda rutin, tapi karena hari itu jadwalnya di-cancel maka saya pun ngintil suami ke kantor karena setelah itu mau nyari kain hitam dan putih untuk properti belajar foto sama beli kain buat jilbab. Pulangnya, pengen makan di luar dan saya bilang pengen nyoba yang lain, biasanya mie ayam jembatan dua atau es marem Amelia.
“Mau ke mana?”
“Mie Ayam pak Joko aja”
“Dimana tuh?”
“Deket situ... seberang masjid itu loh...!”
Akhirnya kami sampai juga di sana, sudah hampir pukul 5 sore. Tukang parkir menyambut sambil sibuk mengatur keluar-masuk motor di parkiran. Sewaktu kami masuk, pengunjung cukup ramai tapi masih ada beberapa meja kosong. Kami memilih meja dekat kasir agar menjauh dari pengunjung lain yang merokok. Dan kebetulan meja kecil di deretan tepat di depan kasir sudah full.
Biasanya paling suka nyari tempat lesehan supaya si kecil #Anugerahdarisurga nggak mainan kursi dan naik-naik. Rupanya tempat lesehan di dalam penuh semua. Jadilah ya itu tadi, ambil tempat yang tersedia aja.
Suasana di dalam warung yang cukup ramai dok. arinamabruroh.com |
Kalau mau pesan, ambil sendiri kartu pemesanan sekaligus daftar menu-nya yang sudah tersedia di meja kasir. Jangan lupa pulpen-nya juga. Apa saja menu yang tersedia? Cekidot!
Daftar harga dan menu dok. arinamabruroh.com |
Namanya juga warung Mie, maka menu utamanya ya mie goreng dan kuah dengan berbagai varian topping. Bingung loh milih aneka menu yang ditawarkan. Pilihan pun jatuh pada Miago Bakso Pangsit untuk si Ayah dan Mie Kuah Pangsit-Sapi-Bakso untuk bunda. Hasna gimana? Dikasih punya bunda aja yang biasanya nggak habis satu porsi kalau makan mie. Hihi. Minumnya seperti biasa, standar banget: es teh. Tapi memang paling mantap kalau makan mie itu minumnya es teh deh!
Sambil menunggu pesanan, kami ngobrol apa aja dan fotoin suasana warung. Awalnya malu aja mau foto dari pintu depan, eh suami malah bilang “Masa blogger mau foto-foto malu!” Nahloh!
Oia, waktu saya bawa kartu pemesanan ke kasir, si Mbak di depan kasir nanyain ke para juru masak yang berderet di depan kompor.
“Bakminya masih kan?”
“Pesan berapa?”
“Satu goreng satu kuah”
“Masih”
Hm... percakapan itu kudengar lamat-lamat sambil menuju tempat duduk. Jadi membatin juga, baru jam segini sudah hampir habis? Laris banget kali ya?
Nggak lama menunggu, pesanan kami datang!
“Mie Yah! Ayah! Hasna Mau mie!”
“Bunda! Itu baksonya buat Hasna!” teriak Hasna melihat bakso yang disajikan dalam mangkuk terpisah bersama kuah mie.
Hahahah. Si kecil itu memang nurun banget ayahnya yang doyan segala macam Mie kecuali yang pedas. Jika ditanya rasa makanan jawabannya cuma enak dan enak banget. Tapi kalau urusan bakso, jagonya bedain bakso enak dan nggak.
“Sebentar ya Nak.. mau difoto dulu sama Bunda” itu ayahnya yang bilang, karena sedari tadi bunda sudah siap dengan Hp buat motoin.
Untung sekarang semua sudah faham kebiasaan saya untuk foto dulu sebelum makan. Jadi, kalau saya belum siap malah ditanyain “Bund, mau difoto dulu nggak nih?” hihi. Tahu aja kalau saya lagi belajar foto-foto.
Setelah sesi foto ((sesi foto)) usai, si kecil langsung menggeret mangkuk kecil isi kuah mie dan bakso-nya. Cepat-cepat mengambil garpu, lalu begitu saja mengambil sebutir bakso dari sana. Lah! Bunda makan apa dong Nak?! ((salahe anake ora pesenna dewek)).
Si ayah langsung melahap mie pesanannya yang level pedasnya sedang. Kalau yang suka pedas bisa pesan yang super hot loh. Kalau sama anak-anak yang belum bisa makan pedas bisa pesan yang tidak pedas.
Saya pun menyiramkan kuah mie ke dalam mangkuk, menambahkan sambal san kecap. Hm... saya nggak pernah makan mie ayam pakai saos yang tersedia di warung makan itu.. hihi ngeri aja. Kecuali kalau pas makan di rumah kadang ditambah sedikit saos persediaan di rumah. Kalau nggak, dengan sambal dan kecap saja sudah endezz!
Daging sapi-nya dipotong kecil-kecil, tapi masih cukup besar untuk ukuran topping mie. Rasanya manis-asin seperti rasa masakan ayam yang biasa di mie ayam. Dagingnya juga nggak terlalu empuk, masih kerasa daging sapi gitu, malah suka deh. Hihi. Saya kurang suka daging sapi yang terlalu empuk.
Ini dia pesanan kami berdua dok. arinamabruroh.com |
'Mangkuk pangsit' nya crunchy banget. Enak sih, begitu digigit langsung kress! Sebenarnya saya lebih suka pangsit yang rasanya sedikit lebih keras lagi agar terasa 'klethuk' gitu waktu dimakan.
Mungkin lain kali perlu makan di sana lagi, buat membandingkan apakah rasa pangsitnya sama atau tidak. Karena kata Teman-teman yang pernah ke sana (dan lihat di postingan instagram juga) biasanya pangsitnya berwarna coklat sebagaimana pangsit biasanya, tapi kemarin itu berwarna kuning. Barangkali beda bahan inilah yang menyebabkan rasa dan tampilannya berberda.
Berhubung menjelang maghrib, kami pun makan cepat-cepat supaya sebelum adzan maghrib sudah selesai. Saat membayar pesanan kami, terlihat dari meja kasir ada karyawan yang sedang duduk menghadapi kompor. Ow! Rupanya dia sedang menggoreng pangsit. Saya pun meminta izin untuk masuk ke dapur dan mengambil foto. Alhamdulillah diizinkan sama mbak kasir yang baik hati yang sampai lupa tanya nama karena kami sudah buru-buru.
Mungkin lain kali perlu makan di sana lagi, buat membandingkan apakah rasa pangsitnya sama atau tidak. Karena kata Teman-teman yang pernah ke sana (dan lihat di postingan instagram juga) biasanya pangsitnya berwarna coklat sebagaimana pangsit biasanya, tapi kemarin itu berwarna kuning. Barangkali beda bahan inilah yang menyebabkan rasa dan tampilannya berberda.
Berhubung menjelang maghrib, kami pun makan cepat-cepat supaya sebelum adzan maghrib sudah selesai. Saat membayar pesanan kami, terlihat dari meja kasir ada karyawan yang sedang duduk menghadapi kompor. Ow! Rupanya dia sedang menggoreng pangsit. Saya pun meminta izin untuk masuk ke dapur dan mengambil foto. Alhamdulillah diizinkan sama mbak kasir yang baik hati yang sampai lupa tanya nama karena kami sudah buru-buru.
“Permisi Mas, saya izin ambil foto ya, untuk ditampilkan di blog,” kata saya minta izin. Entahlah si mas-nya itu tahu blog apa nggak. Hehe
“Silakan Mba,” katanya dengan ramah sambil tetap fokus pada penggorengan di depannya. Sambil foto-foto saya pun menanyakan beberapa hal.
Menurut Masnya yang (lagi-lagi sampai lupa tanya namanya gara-gara sudah ditungguin si ayah karena sudah adzan maghrib) menggoreng pangsit itu, Warung Mie Ayam Pak Joko sudah berdiri sejak tahun 90-an di daerah Jembatan Satu Tlogosari. Tahun 2014 mereka pindah ke tempat baru (yang sekarang) di Jl. Satrio Wibowo 1 No. 35 berseberangan dengan Masjid Al-Husna.
Dalam sehari, bisa menghabiskan 400-500 lembar pangsit. Padahal mereka menyediakan menu yang tanpa pangsit juga loh! Tapi tetap mangkuk pangsit itulah yang menjadi daya tarik pengunjung.
Faktor lokasi yang cukup strategis dan era gadget sekarang ini agaknya menjadi faktor pendukung ramainya pengunjung yang berdatangan. Coba cek saja di Instagram ‘Mie Ayam Pak Joko’ pasti bertebaran foto-foto anak ngehits yang habis makan di sana.
“Mba rumahnya mana? Ko baru tahu ini?”
“Tahunya sudah lama sih Mas, Cuma baru sempat mampir aja..” hihi.
Padahal kalau ke sini mah jalan kaki juga nggak jauh-jauh amat, lumayan buat sedikit membakar lemak.
Mengintip dapur dan cara memasak pangsit mangkuknya dok. arinamabruroh.com |
Bagaimana sih caranya membuat mangkuk pangsitnya?
Kelihatannya sih mudah banget ((yaiyalah kelihatannya)). Di samping si Mas itu tersedia kulit pangsit siap goreng yang sudah berbentuk persegi. Intip nih pengamatan saya. Kalau resep pangsitnya saya nggak tanya, itu kan rahasia perusahaan. Kalau mau nyoba teknik menggorengnya silakan, Teman. Bisa dikreasikan dengan resep kulit pangsit buatan sendiri.
- Ambil selembar kulit pangsit
- Tangkupkan ke bagian belakang panci kecil dengan gagang panjang sampai menutupi seluruh permukaannya
- Rapikan bagian ujungnya dengan bantuan gunting.
- Ambil panci lain yang ukurannya sedikit lebih besar, tangkupkan di belakangnya sehingga kulit pangsit berada si tengah (
- Celupkan ke dalam minyak panas. Tunggu sampai pangsit kering
- Angkat dari penggorengan. Hasilnya... mangkuk dari pangsit yang rapi!
Penyajiannya, siapkan mangkuk pangsit yang sudah jadi, masukkan mie yang sudah di masak ke dalam mangkuk pangsit, tambahkan topping. Walaaa! It’s ready to serve!
Nggak perlu takut tumpah juga ya, meskipun pakai pangsit tetap pakai piring juga ko (yaiyalah masa mangkuk pangsitnya yang mau dimakan mau digeletakin di meja.. wkwkwk). Untuk yang goreng menggunakan piring datar, yang kuah dengan piring cembung.
Soal rasa, menurut saya cukup enak. Nggak eneg juga. Beberapa kali saya makan mi ayam goreng jatuhnya enegbanget karena mie-nya gede-gede mengembang gitu.. mblek-mblek gitu deh.. apa ya bahasa yang tepat? Tapi bukan nyemek lho..
Well, inilah salah satu kebahagiaan saya bersama keluarga kecil. Keliling Tlogosari naik motor, kalau ada budget ya bisa makan di luar yang murah meriah. Kalau nggak ada yasudah pulang lagi. Bahagia nggak harus mahal bukan?
Selamat menikmati makan siang!
jaman now:v
ReplyDelete